JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Kamis (14/10/2010) yang lalu merupakan hari terakhir siswa-siswi dan guru Sekolah Kristen Ketapang (SKK) II melaksanakan proses belajar-mengajar di sekolah. Sengketa tanah tempat berdirinya sekolah itu mengakibatkan siswa dan guru diliburkan pihak sekolah, sehingga guru, murid, dan orang tua murid pun sedih dan kecewa.
"Sejak Jumat (15/10/2010) dan hari ini Senin (18/10/201) anak-anak sudah tidak sekolah lagi," tandas Lely Sihombing kepada Kompas.com.
Lely menghimbau, kegiatan belajar di SKK II diharapkan bisa terus berjalan. Meskipun proses hukum sedang berlangsung, sekolah sebaiknya tidak ditutup begitu saja.
"Bagaimana nasib anak-anak yang ingin mengikuti Ujian Nasional (UN), ini kan tanggung jawab kita bersama, tidak boleh ada pihak manapun yang semena-mena. Ini sekolah, bukan mal atau tempat hiburan," kata Lely.
Sebagai seorang pendidik, lanjut Lely, dirinya mengaku sedih karena telah melalaikan tugas yang seharusnya mengajar. Akibat sengketa ini, Lely tidak bisa melaksanakan tugas tersebut.
"Siswa yang tadinya bisa belajar, juga tidak bisa belajar, mereka sudah rindu sekolah," imbuh Lely.
Sebelumnya, seperti diberitakan di Kompas.com, para orangtua murid SKK II belum mengetahui nasib pendidikan anak-anak mereka selanjutnya di sekolah tersebut. Ratusan murid SKK II terpaksa dipulangkan atau diliburkan oleh pihak sekolahnya lantaran petugas juru sita dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat memerintahkan pengosongan gedung sekolah tersebut, Senin (18/10/2010) pagi.
"Untuk lebih jelasnya kasus ini saya juga tidak mengetahui. Yang jelas anak saya sekarang dipulangkan, tidak sekolah, dan tidak tahu sampai kapan," imbuh Martini, salah satu orangtua murid SKK.
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/10/18/16385689/Guru.Ini.Sekolah..Bukan.Mal.-5
Bagaimana nasib anak-anak yang ingin mengikuti UN, ini tanggung jawab kita bersama, tak boleh ada pihak manapun semena-mena. Ini sekolah, bukan mal atau tempat hiburan.
-- Lely Sihombing
Lely menghimbau, kegiatan belajar di SKK II diharapkan bisa terus berjalan. Meskipun proses hukum sedang berlangsung, sekolah sebaiknya tidak ditutup begitu saja.
"Bagaimana nasib anak-anak yang ingin mengikuti Ujian Nasional (UN), ini kan tanggung jawab kita bersama, tidak boleh ada pihak manapun yang semena-mena. Ini sekolah, bukan mal atau tempat hiburan," kata Lely.
Sebagai seorang pendidik, lanjut Lely, dirinya mengaku sedih karena telah melalaikan tugas yang seharusnya mengajar. Akibat sengketa ini, Lely tidak bisa melaksanakan tugas tersebut.
"Siswa yang tadinya bisa belajar, juga tidak bisa belajar, mereka sudah rindu sekolah," imbuh Lely.
Sebelumnya, seperti diberitakan di Kompas.com, para orangtua murid SKK II belum mengetahui nasib pendidikan anak-anak mereka selanjutnya di sekolah tersebut. Ratusan murid SKK II terpaksa dipulangkan atau diliburkan oleh pihak sekolahnya lantaran petugas juru sita dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat memerintahkan pengosongan gedung sekolah tersebut, Senin (18/10/2010) pagi.
"Untuk lebih jelasnya kasus ini saya juga tidak mengetahui. Yang jelas anak saya sekarang dipulangkan, tidak sekolah, dan tidak tahu sampai kapan," imbuh Martini, salah satu orangtua murid SKK.
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/10/18/16385689/Guru.Ini.Sekolah..Bukan.Mal.-5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar